Rabu, 25 November 2009

Egois


Perusahaan dimana saya bekerja bukanlah perusahaan raksasa yang memberikan kesejahteraan lebih buat saya dan keluarga. Tapi dengan lingkungan yang bersahabat saya kuat bertahan di persahaan itu selama 3 tahun 4 bulan.
Tahun pertama saya bekerja, tidak ada sedikit permasalahan yang muncul. Semua begitu damai, bahkan saya bisa mendapatkan uang lebih dibandingkan tempat saya bekerja sebelumya. Tiap bulan mendapatkan bonus yang cukup. Bahkan perlakuan boss yang begitu memanjakan saya membuat saya tambah semangat bekerja tanpa memperhitungkan rasa lelah dan waktu.


Di tahun kedua, satu dari teman resign dengan alasan keluarga. Jarak yang begitu jauh dari tempat dia bekerja membuat istri dan anaknya merasa keberatan. Alasan itu diterima dengan lapang dada oleh pimpinan. Seperti biasa, ketika ada formasi organisasi saya selalu dilibatkan untuk menyusun ulang organisasi yang sedikit terganggu. “Keluarnya Achmad sebenarnya keputusan dia sendiri. Bagi kita, ini tidak terlalu penting. Dengan waktu kita akan menemukan orang baru yang jauh lebih tepat untuk menggantikan posisinya.” Jelas pimpinan ketika kami sedang berdiskusi berdua di ruangan yang sarat akan bau yang dikeluarkan kertas lusuh.

Di tahun ketiga, partner di posisi yang sama membuat sebuah keputusan yang begitu mengagetkan semua karyawan yang ada di kantor kami. Di tengah-tengah ramainya proyek yang sedang kami garap, Rudy mengundurkan diri secara tiba-tiba. “Saya sudah berusaha bertahan selama 1 tahun. Dengan kinerja pimpinan seperti ini, aku sudah tidak sanggup lagi bertahan. Loe tahu sendiri kan, aku pengen kerja yang cepat. Gak usah banyak mikir sesuatu yang sudah pasti konsepnya.” Perkataan itulah yang terakhir saya dengar sebelum dia angkat kaki dari kantor kami.

Seperti biasa, Boss memanggil saya untuk membicarakan seperti halnya ketika Achmad keluar satu tahun yang lalu. “Dari cara Rudy mengundurkan diri, Perusahaan tahu bahwa dia bukan orang yang terbaik untuk mengemban tanggung jawab yang diberikan oleh perusahaan ini. Waktulah yang akan memilih orang-orang terbaik untuk perusahaan ini.”

Di tahun yang sama, sesuatu mulai terasa aneh. Masuknya orang-orang baru membuat keakraban, kekeluargaan, dan kerjasama team di perusahaan itu mulai memudar. Entah apa kebijakan perusahaan. Ketika sebuah permasalahan muncul, mereka lebih mendengar suara dari orang-orang baru. Padahal mereka belum tentu memiliki ikatan emosional terhadap perusahaan seperti orang-orang lama. Ternyata, sikap-sikap dari orang baru itu membuat hati pimpinan luluh dan terbuai. Mereka tidak sanggup untuk berkata “TIDAK” kepada pimpinan. Mau baik atau tidak kebijakan pimpinan, orang-orang baru ini selalu berkata “YA”.

Di tahun ini juga, sebuah keputusan telah membuat saya tercengang. Mundurnya seorang teman menambah suasana kantor menjadi aneh, basi, dan terasa dingin bak Kulkas. Dia adalah Tanti, wanita yang tidak pernah mengeluh ketika setumpuk pekerjaan ada di hadapannya. Selama itu juga saya belum pernah melihat ada pekerjaan yang terbengkalai. Sering kali dia datang lebih dari karyawan lainnya dan pulang larut malam hanya untuk memberikan yang terbaik kepada perusahaan. Wajar saja, setiap ada tugas, dia selalu menyelesaikannya sebelum deadline. “Sebenarnya sudah setahun yang lalu saya berniat untuk resign. Tapi saya mengurungkan niat itu. Barangkali ada sedikit perubahan yang signifikan dalam perusahaan ini. Khususnya masalah kebijakan yang selalu membingungkan saya. Saya tidak minta apresiasi ketika saya harus lemburan tanpa itung’an yang jelas. Tapi saya hanya minta pimpinan kita mengakui dan menghargai hasil kinerja kita sebagai karyawan.” Penjelasannya yang panja ng sebelum dia pamit membuat saya memahami dan mendukung keputusannya untuk melepaskan diri dari keluarga besar perusahaan itu.
Sebenarnya saya sendiri punya sedikit niat untuk tidak bekerja lagi di perusahaan itu sejak tahun kedua bekerja disana. Tapi saya segera menghilangkan niat itu. Saya khawatir justifikasi terhadap kebijakan pimpinan hanyalah kebodohan saya saja. Tapi yang saya yakin, bahwa perusahaan terlalu percaya diri atau sedikit egois ketika ada karyawan keluar karena ketidaknyamanan perusahaan. Perusahaan lebih suka untuk membela dirinya ketimbang introspeksi dari sesuatu yang telah terjadi. Kekhawatiran saya pun muncul “jangan-jangan ke-egoisan perusahaan sendirilah yang akan menggerogoti pondasi perusahaan itu sendiri.”

Dua tahun sudah saya keluar dari perusahaan itu. Di hari dimana saya disibukkan dengan kegiatan keluarga, seorang teman menelpon dengan nada akrab. Dialah Dani, teman bersama ketika bekerja di perusahaan itu. Ketika saya keluar dari perusahaan itu, dialah orang yang paling tidak ambil pusing dengan keadaan lembaga. Kerja untuk menghilangkan kewajiban, dan mendapatkan gaji untuk kehidupan. Sifatnya yang memanjakan pimpinan, membuat dia mendapatkan posisi bagus di perusahaan dan selalu berdiri pada titik aman ketika sebuah permasalahan muncul.

Dua hari setelah dia menelpon, dia memberitahu saya lewat SMS bahwa dirinya telah mengirim e-mail dan untuk segera dibuka. E-mail tersebut;
“Perusahaan yang dulu kamu bilang egois, sekarang sudah tidak lagi egois. Karena ke-egoisan perusahaan itu sudah musnah seiring dengan musnahnya juga perusahaan itu. Hanya spanduk lusuh dan plang yang hampir menyentuh tanah yang tersisa dari perusahaan ini. Minta doanya , saya sekarang membuka usaha sendiri di Klaten. Ditunggu kedatangannya apabila sempat.”

Comments :

4 komentar to “Egois”

ulya mengatakan...
on 

bagus...bgt!!!! bravo!!! smoga mereka bisa sadar ya....amin!!!

dicky mengatakan...
on 

yah.... itu sebagai pelajaran, jadi kalo you suatu saat jadi bos atau seorang pemimpin, hargailah, apresiasilah kinerja bawahan you, tenaga, pikiran, dan waktu yang mereka berikan untuk kelangsungan dan kemajuan perusahaan. apresiasilah itu semua. semoga kita dapat menjadi seorang pekerja yang giat, pemimpin yang bijak, dan wirausahawan yang sukses

dicky mengatakan...
on 

yah.... itu sebagai pelajaran, jadi kalo you suatu saat jadi bos atau seorang pemimpin, hargailah, apresiasilah kinerja bawahan you, tenaga, pikiran, dan waktu yang mereka berikan untuk kelangsungan dan kemajuan perusahaan. apresiasilah itu semua. semoga kita dapat menjadi seorang pekerja yang giat, pemimpin yang bijak, dan wirausahawan yang sukses

dicky hasbi
ngajar fisika
fb : pyrotigero@yahoo.com
http://200volt.webs.com

dicky mengatakan...
on 

waktu adalah uang
yang sebenarnya tak dapat digantikan oleh uang
kita habiskan waktu kita untuk bekerja
seharusnya ada reward atas kerja kita
yang dapat digunakan untuk hidup dan berbagi
namun jika hasilnya "tak berbekas" atau "nothing", untuk apa kita bekrja? kalau hanya menghabiskan waktu, sementara banyak yang berharap dan mengantungkan nasib pada kita? jadilah pemimpin perusahaan yang berprinsip "sejahterakan, makmurkan karyawan" dan janganlah berprinsip "menggaji buruh serendah-rendahnya demi keuntungan perusahaan" karena hal itu tidak manusiawi, dan sangat berdosa

Dicky Hasbi
ngajar Fisika
seorang adventure
fb : pyrotigero@yahoo.com
http://200volt.webs.com

Posting Komentar

Advertisements


Masukkan Code ini K1-1D53Y5-4
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com
Produk SMART Telecom
 

Copyright © 2009 by Catatan Mang Fido

Template by Blogger Templates | Powered by Blogger