Sabtu, 28 Februari 2009

Mari Berprestasi Tanpa Menyontek

Oleh: Mastar Muham

Budaya menyontek sebenarnya bukan hanya dilakukan oleh pelajar zaman sekarang saja, tetapi telah ada sejak zaman dahulu.

Cara dan sikap yang diperlihatkan pelajar zaman sekarang dengan zaman dahulu sangatlah berbeda.

Pelajar zaman sekarang menganggap menyontek bukan perbuatan dosa.

Mereka malah merasa hal itu wajar dilakukan. Justru tidak wajar jika mereka dilarang menyontek.

Sedangkan pelajar zaman dahulu menganggap menyontek merupakan perbuatan dosa sehingga hanya sedikit sekali yang berani melakukannya. Itu pun karena dalam kondisi terpaksa.

Bila ketahuan atau tertangkap basah sewaktu menyontek, pelajar zaman sekarang malah tertawa-tawa kesenangan tanpa menunjukkan sikap malu sedikit pun.

Kalau pelajar dahulu, belum pun ketahuan sudah gemetaran tubuhnya sampai berkeringat dingin. Apalagi jika ketahuan, sakitnya tak seberapa, tapi malunya ini luar biasa!

Untuk memperoleh nilai tinggi, banyak cara atau tipu muslihat yang dilakukan pelajar sekarang dalam menyontek. Misalnya, ada yang berlindung di balik tubuh temannya dari pandangan pengawas ujian agar tak terlihat saat merunduk membaca catatan.

Ada yang berpindah duduk ke bangku temannya yang lebih pintar. Ada juga yang dari rumah telah menulisi catatan dalam kertas super panjang dan digulung rapi sedemikan rupa. Bahkan ada yang nekat secara terang-terangan menyalini jawaban temannya. Yang lebih unik dan sungguh keterlaluan, pelajar wanita melakukannya dengan cara menulisi catatan di paha mulusnya. Luar biasa!

Begitulah cara-cara yang sering dilakukan pelajar dalam menghadapi ujian di sekolahnya belakangan ini. Mereka telah membuang rasa malu dengan menebalkan mukanya setebal tembok hanya demi mendapat nilai yang bagus. Apakah mereka melakukan perbuatan tidak jujur dan tercela itu karena mereka memang bodoh atau karena malas belajar?
Pada dasarnya mereka tidaklah sebodoh yang kita bayangkan. Tak ada manusia di dunia ini yang bodoh.

Yang ada hanyalah malas! Karena malas belajarlah membuat mereka nekat menempuh cara instan yang tak wajar untuk meraih nilai yang diinginkannya. Mereka sering mengatakan, buat apa capek-capek belajar kalau dengan menyontek semuanya menjadi mudah?

Seorang pelajar hendaknya selalu menyadari bahwa menyontek dalam ujian merupakan sebuah sikap pembodohan diri. Memanjakan otak dengan menyontek dapat merugikan diri sendiri seketika itu juga. Misalnya, guru atau pengawas akan langsung memberi sanksi berupa penarikan lembar jawaban atau mengeluarkannya dari ruang ujian.

Pengawas menyilang lembar jawaban dan langsung memberinya nilai nol juga merupakan dampak ketahuan menyontek. Ada pula pengalaman teman penulis, seketika itu pengawas menyuruhnya mengunyah lembar jawaban hingga lumat selama berlangsung ujian ketika ia tertangkap basah sedang menyontek.

Kerugian lain yang akan dialami pelajar yang terbiasa menyontek akan membuat masa depannya suram. Ia tak memiliki daya kreativitas dan daya inovatif dalam berbagai bidang pekerjaan. Menyontek yang sudah mendarah daging akan sangat sulit mengubahnya dalam jangka waktu singkat, sebab sikap malas itu telah berkembang menjadi akut di dalam dirinya.
Cara berpikir pelajar pemalas umumnya selalu negatif. Di dalam dirinya tak ada motivasi untuk hidup berkembang dan ingin maju. Itu pula dampak dari kebiasaan menempuh segala masalah dengan cara instan yang tak jujur dan tak terpuji itu.

Bagi pelajar pemalas, ujian merupakan beban yang harus diakhiri dengan cara instan yakni dengan menyontek. Dengan demikian, pelajar pemalas akan lebih sering dikucilkan masyarakat dalam kehidupan sosialnya di kemudian hari.

Selain karena malas belajar akibat kurangnya motivasi serta kuatnya pengaruh negatif lingkungan, faktor pengawas ujian ikut pula memperbesar peluang menyontek di kalangan pelajar. Ada kalanya pengawas sering berpura-pura tak tahu dengan segala kecurangan peserta ujian, bahkan sengaja membiarkan siswanya menyontek atau bekerja sama dengan temannya. Mereka tak mau direpotkan dengan tugas-tugas seperti layaknya seorang inteligen. Akibatnya, gairah belajar si pelajar itu semakin melemah karena dipicu terbukanya peluang menyontek itu.

Pelajar yang berprestasi pada umumnya tak akan mau memanfaatkan kelonggaran pengawas ujian. Mereka akan tetap tegar menjawab semua soal ujian dengan jujur dan apa adanya sesuai kemampuan yang dimilikinya. Begitu pula dengan pengawas ujian yang tahu kewajibannya tak akan mau meracuni siswanya dengan memberi peluang menyontek atau bekerja sama. Mereka sadar bahwa meracuni siswa akan membuat masa depan mereka menjadi suram dan mati. Sikap kejujuran dan kesadaran seperti itu sejatinya harus bersinergi selalu agar kualitas pendidikan di republik ini dapat terangkat di tataran dunia.

Perlu disadari bahwa otak manusia beranalogi dengan mata pisau. Semakin sering diasah akan semakin tajam ia. Seorang BJ Habibie (mantan presiden ke-3 RI) mengaku tak pernah menyontek dengan cara apa pun dalam berbagai ujian. Ia telah membekali dirinya dengan belajar keras, jauh sebelum ujian berlangsung. Beliau merasa malaikat selalu ada di dekatnya mencatat segala perbuatan dosa setiap manusia meski perbuatan dosa itu dilakukan hanya sekecil biji sawi. Prinsip itulah yang mengantarkannya menjadi salah seorang dalam sepuluh besar manusia terpintar di dunia.

Belajar dari prinsip Habibie dan orang-orang pintar lainnya, seorang pelajar seharusnya menjauhkan kebiasaan menyontek dalam ujian. Pelajar harus mampu menegakkan sikap jujur dan sportif tanpa harus melakukan kecurangan dalam berbagai ujian. Karena itu, harus senantiasa membekali diri dengan belajar keras sebelum ujian berlangsung. Dengan membiasakan diri rajin belajar keras setiap saat akan membuat otak terasah semakin tajam seperti mata pisau. Cara ini merupakan salah satu modal penting yang perlu disikapi dalam upaya meraih prestasi yang gemilang.

Perlu senantiasa diingat bahwa menyontek merupakan kebiasaan yang akan merugikan diri sendiri, baik pada seketika itu juga maupun pada masa-masa mendatang. Pelajar yang tak pernah berusaha menghilangkan kebiasaan menyontek dari dalam dirinya mulai sekarang, kelak tak akan pernah meraih sukses sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, mulai detik ini juga, mari kita tegakkan slogan “Berprestasi Tanpa Menyontek!” Bisa, bukan? Semoga!
Sumber asli: klik di sini

Comments :

0 komentar to “Mari Berprestasi Tanpa Menyontek”

Posting Komentar

Advertisements


Masukkan Code ini K1-1D53Y5-4
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com
Produk SMART Telecom
 

Copyright © 2009 by Catatan Mang Fido

Template by Blogger Templates | Powered by Blogger